animasi

Rabu, 29 Mei 2013

jahe

Produk Olahan Jahe
Jahe merupakan tanaman obat dengan akar rimpang atau rhizoma. Pertumbuhannya sebatas di wilayah beriklim tropis. Meski demikian, pasar global telah berimbas pada market jahe yang tak lagi mengenal batas. Jahe dikenal di seluruh belahan dunia. Uniknya, masing-masing negara ini memiliki produk olahan jahe yang khas. Jahe memang berkhasiat, tak hanya itu, rasanya juga unik. Sensasi panasnya memikat banyak lidah. Khasiatnya menjadikan jahe salah satu alternatif kesehatan murah bagi orang-orang. Saat ini, baik itu di Indonesia maupun di belaha dunia lainnya, produk olahan jahe telah menjamur dan mudah dijumpai di pasar manapun dengan harga yang terjangkau.

Ginger Cookies


Di Indonesia, kita mengenal produk olahan jahe seperti jamu jahe instan, kapsul jahe, dodol jahe, kopi jahe, bandrex instan dan masih banyak lagi lainnya. Sementara itu, di kawasan Eropa, produk olahan jahe yang paling populer adalah Ginger Cookies atau kue jahe.  Kabarnya kue ini telah populer sejak ratusan tahun lalu. Uniknya, kue tersebut telah melebur ke dalam budaya masyarakat Eropa. Ginger Cookies telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi natal. Natal yang selalu identik dengan salju dan hawa dingin memang sangat cocok dengan Ginger Cookies yang ampuh untuk menghangatkan tubuh. Rasa original kue ini merupakan perpaduan jahe, madu dan juga kayu manis. Namun seiring perkembangan jaman, kue jahe juga mengalami modifikasi rasa yang menjadikannya semakin nikmat.
Selain Ginger Cookies, produk olahan jahe lainnya yang sangat terknal terutama di Jerman adalah Lebkuchen atau roti jahe. Penganan khas ini terbuat dari campuran tepung, madu, telur, potongan lemon, badam, walnut, hazelnut, manisan jeruk, marzipan dan juga rempah-rempah seperti kayu manis, adas, ketumbar, kapulaga dan tentu jahe. Rasa khas roti ini sangat populer di Eropa sejak ratusan tahun lalu. Namun, kabarnya, Jerman-lah yang menjadi negara pertama tempat roti ini diracik. 
Ginger Candy

 
Di Indonesia, kita juga sudah familiar dengan permen jahe. Hanya saja popularitasnya kalah jika dibandingkan dengan permen jenis lainnya. Lain lagi di Eropa, permen jahe justru sangat populer dan tersedia dalam berbagai varian rasa. Kabarnya, kebiasaan mengolah jahe menjadi permen ini dimulai dari  peristiwa dimana Belanda mengirimkan 5000 kilogram jahe dari kawasan batavia (sekarang Jakarta) ke Eropa pada tahun 1778. Jahe tersebut oleh masyarakat Eropa disebut dengan nama Candied Ginger. Jumlah 5000 sangat besar di masa itu. Untuk menghindari rusaknya jahe, masyarakat Eropa kemudian megolahnya menjadi berbagai penganan. Salah satunya adalah permen jahe. Permen ini cukup populer sebab fungsi menghangatkannya sangat praktis dan juga nikmat. Eropa memang dikenal dengan cuaca dinginnya. Oleh sebab itu, wajar jika produk olahan jahe menjadi salah satu alternatif terbaik untuk menghangatkan tubuh.

hasil olahan wijen


Info Bumbu Masak: Bumbu Dasar Putih, Kuning dan Merah



Jika kita amati masakan Indonesia yang sangat beragam itu mempunyai kesamaan dalam hal bumbu. Secara garis besar bumbu pada masakan dapat digolongkan menjadi tiga bumbu dasar, yaitu bumbu dasar merah, putih dan kuning. Dari bumbu dasar ini dapat digunakan untuk mmembuat beragam jenis masakan.
Tidak ada salahnya jika ada waktu senggang Anda membuat ketiga bumbu dasar ini. Masukan di dalam botol yang tertutup rapat dan simpan di dalam kulkas. Sewaktu diperlukan, Anda tinggal menambahkan beberapa jenis bumbu sesuai kebutuhan resep masakan yang akan dibuat.
Bumbu Dasar Putih
Bumbu dasar putih dapat digunakan pada masakan ase lidah, gudeg, terik daging, sayur bobor, tempe bacem dan opor ayam.
Bahan yang diperlukan: 11 butir bawang merah, 6 siung bawang putih, 7 butir kemiri, 1 sdt lada butir, ½ sdm ketumbar, 1 sdt gula pasir, 1 sdt terasi, 1 sdt garam dan 3 sdm minyak goreng. Cara membuatnya, panaskan minyak dan tumis semua bumbu yang sudah dihaluskan sampai harum. Bumbu siap digunakan. 

Bumbu Dasar Kuning
Bumbu dasar kuning dapat dikembangkan menjadi bumbu kari, acar kuning, pesmol ikan, nasi kuning, terik daging, kari ayam, aneka pepes, ayam goreng .
Bahan-bahannya: 10 siung bawang merah, 6 siung bawang putih, 7 butir kemiri, 1 sdt lada butir, 2 cm kunyit, 1 sdt garam dan 3 sdm minyak goreng. Haluskan semua bumbu dan tumis sampai harum. Simpan di botol yang tertutup rapat dan masukan ke lemari pendingin.
Bumbu Dasar Merah
Penggunaan bumbu dasar merah pada masakan biasanya untuk bumbu sambal goreng, rendang, kering tempe, pepes, sambal bajak, aneka gulai, ayam bumbu rujak, telur balado.
Bahan yang diperlukan: 10 buah cabai merah, 5 butir kemiri, 9 siung bawang merah, 5 siung bawang putih, 1 sdt lada butir, 1 sdt ketumbar, 1 sdt terasi, 1 sdt gula pasir, 1 sdt garam dan 4 sdm minyak goreng.
Cara membuatnya, semua bumbu dihaluskan sampai halus kemudian ditumis sampai harum dan matang. Teks & Foto: Budi Sutomo

Saturday, February 16, 2013

Otak - Otak Ikan Tenggiri


Citarasa lezat daging ikan, tekstur yang kenyal dengan aroma bakar sangat cocok disajikan dengan cocolan saus kacang. Baca resepnya dan praktean, saya percaya kudapan ini akan menjadi camilan favorit keluarga Anda. Selamat Mencoba. Resep/Dapur Uji/Foto: Budi Sutomo.
Otak-Otak 
Bahan: 
400 g daging ikan tenggiri, haluskan 
150 ml santan kental 
50 g tepung kanji/tepung tapioka/sagu tani 
30 g tepung maizena 
1 butir telur 
Daun pisang untuk membungkus 
Bumbu: 
3 butir bawang merah, haluskan 
1 siung bawang putih, haluskan 
½ sdt lada halus 
3 sdm irisan daun bawang 
1 sdt gula pasir 
1 sdt garam halus 
Sambal Otak-Otak: 
200 g kacang tanah, goreng, haluskan 
300 ml air mendidih 
50 g gula pasir 
1 sdm air jeruk limau 
1 sdt cuka masak 
4 buah cabe merah keriting, haluskan 
3 buah cabe rawit, haluskan 
Cara Membuat: 
1. Campur daging ikan tenggiri dengan semua bumbu-bumbu, tepung maizena dan tepung kanji. Uleni hingga kalis. 
2. Siapkan daun pisang. Ambil dua sendok makan adonan. Gulung menyerupai lontong kecil dan agak dipipihkan. 
3. Siapkan bara api. Panggang di atas bara api sambil dibolak-balik hingga matang. Angkat. 
4. Atur di atas piring saji. Hidangkan dengan cocolan sambal otak-otak. 
5. Sambal Otak-Otak: Campur semua bahan sambal hingga gula larut dan tercampur rata. Sajikan sebagai pelengkap pempek bakar. 
Untuk 25 Buah
Tip: Adonan otak-otak juga bisa digoreng dan menjadi otak-otak goreng.

Pempek Palembang


Masakan asal Palembang ini memang sangat populer. Citarasanya yang kenyal, gurih dan lezat terasa pas dengan siraman kuah cuko asam pedas. Anda ingin membuat pempek sendiri di rumah? Berikut resepnya untuk Anda. Resep/Dapur Uji/Foto: Budi Sutomo 
Pempek Tenggiri 
Bahan: 
300 g daging ikan tenggiri/belida, haluskan 
300 g tepung kanji 
30 g tepung terigu protein sedang
200 ml air
2 sdm minyak goreng
2 siung bawang putih, haluskan 
½ sdt vetsin (jika suka) 
2 butir putih telur 
4 sdm air
1 sdt garam halus
1 sdt gula pasir
Minyak untuk menggoreng 
Cuko Pempek: 
800 ml air 
150 g gula merah, iris halus 
4 buah cabe merah, haluskan 
6 buah cabe rawit, haluskan 
4 sing bawang putih, haluskan 
1 sdm tongcai 
5 sdm air asam jawa 
1 sdt cuka 
2 sdm kecap manis 
2 sdm ebi, haluskan 
1 sdt garam halus 
2 butir telur untuk isi pempek kapal selam 
Pelengkap: 
200 g timun, potong sesuai selera 
3 sdm ebi sangrai, haluskan 
Cara Membuat:
1. Pempek: Larutkan air dan tepung terigu. Masak sambil diaduk-aduk hingga mendidih. tuang ke atas adonan ikan, tambahkan tepung kanji, tepung terigu, telur, minyak, air, dan bumbu-bumbu. Aduk dan uleni hingga kalis.
2. Pempek Kapal Selam: Ambil adonan pempek, isi dengan telur mentah atau potongan telur rebus. Bentuk menyerupai pastel. Rebus hingga matang. Angkat, tiriskan. 
3. Pempek Lenjer: Ambil 3 sendok makan adonan pempek bentuk bulat panjang. Rebus hingga matang. Angkat. Dinginkan. 
4. Pempek Adaan: Ambil dua sendok makan adonan pempek, bentuk menjdi bola-bola sebesar bola tenis meja. Rebus hingga matang. Tiriskan dan dinginkan. 5. Panakan minyak banyak, goreng pempek hingga matang dan berwarna kuning kecoklatan. Angkat, tiriskan. 
6. Saus Pempek: Campur semua bahan saus pempek. Rebus hingga mendidih. Angkat. 
7. Penyajian: Atur pempek kapal selam, pempek lenjer dan pempek adaan di atas piring saji. Siram dengan kuah cuko pempek dan. Hidangkan dengan dilengkapi potongan timun dan ebi sangrai. Sajikan. 
Untuk 4 Porsi 
Tip: Agar pempek tidak terlalu berair, sajikan segera setelah pempek disiram saus pelengkap atau sajikan saus di tempat terpisah. Tambahkan sedikit air jika adonan masih terlalu keras dan susah dibentuk dan tambahkan tepung kanji jika adonan terlalu lembek..
RESUME BUDIDAYA TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum)

Wijen (Sesamum indicum) merupakan salah satu tanaman yang umumnya digunakan dalam penggunaan bumbu masak, penghias makanan, serta suatu bumbu yang paling awal digunakan dan salah satu dari hasil panen pertama yang digunakan untuk membuat minyak konsumsi yang dikenal minyak wijen. Wijen mendapat julukan “The Queen of Oil Seeds Crops” yang mencerminkan biji wijen memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berdampak positif bagi konsumennya.
Wijen diduga berasal dari dataran Afrika, tepatnya di daerah kering. Orang Afrika menggunakan wijen sebagai sumber protein pengganti bahan yang lain. Hal ini di karenakan wijen adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah kering seperti Afrika. Menurut sejarah, wijen adalah salah satu bahan makanan tertua di dunia. Hal ini di buktikan oleh beberapa bangsa telah memanfaatkan biji wijen yang memiliki banyak khasiat, seperti minyak wijen.
Wijen diperkenalkan di Indonesia ketika era masa perang dunia ke 2. Saat itu wijen di guanakan sebagai penambah asupan gizi tentara, juga memanfaatkan minyaknya sebagai alat pembakar pengganti minyak bumi. Tahun 70-an produksi wijen Indonesia turun hinggat tahun 1988 kedudukan Indonesia sebagai negara pengekpor menjadi pengimpor wijen. Tahun 1998 impor wijen Indonesia berkisar 940,450 ton biji dan 133,729 ton minyak wijen, hingga tahun 2001 Indonesia impor 3.722,472 ton biji dan218,081 ton minyak. Indonesia kekurangan 10.265 ton biji.
Wijen mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, dengan harga dipasaran saat ini mencapai : 9.000-12.500,-/kg, sedangkan di Luar negeri harganya $ 1,5 /Kg. Wijen dapat tumbuh di hampir seluruh dunia. Terdapat tiga negara penghasil wijen terbesar antara lain Myanmar: 772.900 ton, India :623.000 ton, dan China :587.947 ton. Menurut data FAO (2006) terdapat 20 negara pengimpor wijen terbesar di dunia da terdapat tiga negara terbesar antara lain China 353.717 ton, Jepang 161.433 ton, dan Negara Uni Eropa 106. 490 ton.
Data (2004) mengatakan bahwa negara Indonesia mengimpor biji 2.113,738 ton dan minyak 324,020 ton. Namun re-ekspor biji sebesar 174,664 ton dan berupa minyak sebesar 14,895 ton. Dari data tersebut kebutuhan wijen yang perlu diimpor, sekitar 1.939 ton berupa biji dan 309,125 ton berupa minyak. Data (2005) juga mengungkapkan produksi wijen Indonesia mencapai :.853 ton (0,06% dari produksi dunia).
Pengembangan tanaman wijen telah dikembangkan dengan varietas-varietas unggul. Varietas-varietas ini di harapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan produksi wijen dalam negeri seperti pengembangan di lahan kering musim hujan dan musim kering lahan sawah jenis MK 1 dan MK II. Hasil penelitian jenis MK 1 dan MK II apabila musim hujan cukup, maka musim kering menyebabkan produktifitas sedikit.
Produktivitas wijen yang dibudidayakan petani umumnya berkisar 400 kg/Ha dengan jenis lokal, namun dalam hasil penelitian bahwa varietas lokal justru mampu menghasilkan 2000 kg (2 Ton)/ Ha, bahkan di Amerika produktifitas di atas >2,0 ton/ Ha. Ini dikarenakan kurangnya pengetahuan petani dalm pengembangan wijen.
Tingginya harga nilai biji wijen sebenarnya dapat meningkatkan finansial dan membantu kesejahteraan keluarga petani Indonesia. Tahun 2012 harga wijen mencapai 12.500 kg/ha dengan pendapatan bersih rata-rata mencapai Rp. 5.991.406/ha. Pendapatan tersebut lebih tinggi dari budidaya jagung yang rata-rata Rp. 3.657.160.
Upaya untuk mengurangi bahkan swasembada wijen telah dicanangkan dengan cara meningkatkan produksi wijen nasional. Prningkatan wijen nasional ditempuh dalam dua cara
  1. Ektensifikasi dilahan sawah non-irigasi mencapai 3,16 juta ha dan lahan beririgasi mencapai 4,9 juta ha.
  2. Intensifikasi dengan melalui penggunaan varietas unggul serta penerapan teknik budidaya yang tepat.
Peningkatan produkfivitas wijen dengan menyediakan varieras-varietas unggul telah dilakukan. Varietas unggul yang telah dilepas diantaranya : Sbr 1, Sbr. 2, Sbr. 3, Sbr. 4, serta Winas 1 dan Winas 2 (yang baru dilepas). Sejak 1997 pengembangan wijen di lahan sawah sesudah padi mulai berkembang (MK 1 dan MK 2) pada musim kemarau di Sampang (Madura), Nganjuk (Jatim), dan Sukoharjo (Jateng). Perbedaan agroekologi lahan kering dan lahan sawah menyebab kebutuhan varietas unggul dan teknologi budidaya yang dibutuhkan berbeda. Teknologi budidaya yang sudah ada perlu dievaluasi sesuai untuk lahan sawah sesudah padi.
Tahun 1997 telah dilepas varietas Sbr. 1 dan Sbr 2 yang menghasikan 1,0 – 1,6 ton/ha dan 0,8 – 1,3 ton/ha. Pengembangan wijen di musim kemarau perlu varietas genjah yang dapat tumbuh < 3 bulan. Tahun. 2006 dilepas varietas lain yaitu Sbr. 3 dan Sbr 4. Varietas Sbr 3 memiliki ciri biji warna hitam yang cocok untuk kebutuhan industri seperti minyak, kecap, dan cabuk. Sedangkan Sbr 4 memiliki umur genjah (75-85 hari). Ciri dari varietas ini dengan biji yang kecil yangcocok di kembangkan di musim kering. Varietas Sbr 4 sesuai untuk kebutuhan industri makanan ringan.
Tahun 2012 telah di temukan wijen dan varietas winas 1 dan winas 2. Varietas ini jenis Wijen putih, sesuai untuk lahan sawah sesudah padi. Varietas Winas 1 dapat berumur 101 hari, sedangkan varietas Winas 2 berumur 98 hari. Produktifitas yang dihasilkan Winas 1 mencapai 1.471 – 2.222 kg/ha, sedangkan Winas 2 dapat menghasilkan 14412 – 1.874 kg/ha wijen.
Pengembangan wijen perlu menggunakan varietas dan benih bermutu untuk meningkatkan produktifitas. Penggunaan varietas disesuaikan dengan daerah pengembangan agar menghasilkan hasil yang diharapkan. Benih varietas unggul harus bersertifikat/berlabel. Varietas yang sudah dilepas antara lain seperti Sbr 1, Sbr 2, Sbr 3, dan Sbr.4 serta Winas 1 dan Winas 2.
Wijen merupakan tanaman semusim yang berumur 2,5-5 bulan. Curah hujan yag sesuai dalam membudidayakan jenis palawija ini berkisar 400 – 600 mm. Waktu taman disesuaikan dengan suhu udara dan ketersediaan air. Daerah tipe iklim D4, E3, E4 memulai waktu tanam pada awal musim hujan. Tanam awal musim hujan dimulai ketika hujan cukup dan panen saat kemarau agar pertumbuhan dan produktifitas optimum. Varietas yang digunakan adalah MK-1 dan MK-2.
Persiapan lahan sama dengan komoditas palawija yang lain. Persiapan dilakukan untuk mempermudah penanaman, sehingga biji mudah berkecambah, dan tumbuh, juga untuk menekan dan mengendalikan gulma. Sejak tanam sampai 6 minggu wijen mengalami masa kritis terhadap gulma. Dilahan kering tanah diolah sampai gembur dengan kedalam pengemburan 30 cm. Pengolahan bisa mengunakan cara manual, tradisonal, ataupun modern. Bedengan dibuat dengan lebar 3 – 6 m dan panjang sesuai panjang lahan namun usahakan arah timur – barat sesuai arah sinar matahari. Antar bedengan dan keliling dibuat saluran dengan lebar/dalam 40 cm.
Di musim hujan jarak tanam 60 x 25 cm dg 2 tan/lubang (Sbr 1), yang tidak bercabang 40 x 25 cm (Sbr 2 ), sedangkan di lahan sawah 60 x 25 cm dengan masih terlihat jarak yang kosong. Jarak tanam disesuaikan dengan varietas, tipe percabangan, iklim, musim tanam, serta ketersediaan air. Pemupukan tanaman wijen dengan dosis N (Urea)100 kg/ha, P (SP-36) 50 kg/ha, K (KCl) 50 kg/ha untuk varietas Sbr.1 lahan kering & sawah. Sedangkan di lahan sawah dengan varietas Sbr 4 dengan dosis pupuk N (Urea) 150 kg/ha dan varietas Sbr 1 sebanyak 100 kg/ha. Waktu pemberian pupuk yaitu 1/3 dosis N bersamaan tanaman dan dilanjutkan 2/3 dosis N umur 30 –35 hari.
Penyiangan dimulai awal pertumbuhan, namun jika lewat periode tersebut wijen sangat cepat tumbuh dan mampu menekan gulma. Pembumbunan dan pendangiran : 30 – 45 hari . Akar tanaman juga dapat menembus lapisan tanah lebih dalam.
Wijen dapat tergaggu pertumbuhannya, bahkan gagal panen. Penyakit utama yang menggangu antra lain: Busuk pangkal batang (Phytopthora sp.), Busuk daun (Fusarium sp). Pengendaliannya yaitu dengan cara pencegahan pertahanan pertama dan utama serta penyediaan varietas tahan, unsur hara terpenuhi, pengerjaan tanah baik, irigasi dan drainase baik, kebersihan kebun, dan sebagainya. Sedangkan hama yang menyerang antara lain beberapa jenis Trips sp, ulat jengkal, ulat buah, dan sebagainya. Sedang hama utama adalah tungau Polyphagotarsonemus latus L yang kerusakan dapat menurunkan hasil mencapai 75 %. Pengendalianya yaitu dengan menyemprot akarisida / peskabel secara cepat.
Waktu panen, wijen warna polong, hijau kekuningan, serta daun sudah mulai rontok. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong 15-20 cm dibawah polong. Hasil panen, yaitu batang dibendel dgn garis tengah 5-20 cm, kemudian di jemur sendiri dan disandarkan pada para-para. Bila cuaca panas penjemuran dilakuakan selama 7 hari



 




Cakupan pertanian


Cakupan pertanian

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatbudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.
Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian industrial.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

Sejarah singkat pertanian dunia [sunting]

Lihat pula artikel utama tentang Sejarah pertanian.
Daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah. Di tempat ini ditemukan bukti-bukti awal pertanian, seperti biji-bijian dan alat-alat pengolahnya.
Domestikasi anjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya (masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan kegiatan peternakan yang pertama kali.
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan.
Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda.
Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) serta babi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasi kucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuna (4000 tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur

Selasa, 28 Mei 2013

Apa Benar Kelapa Sawit Tidak Perlu Dipupuk Selama Dua Tahun?


Apa Benar Kelapa Sawit Tidak Perlu Dipupuk Selama Dua Tahun?



1352316665292781052
Ilustrasi/ Admin (tribunnews)

Pada waktu saya baru menjalani proses training kerja di salah satu perusahaan kelapa sawit di Jambi. Saya diajak oleh seorang asisten senior di perkebunan sawit untuk melihat tanaman kebun kelapa sawit pribadi miliknya. Setelah sampai di kebun kelapa sawit pribadinya seluas 2 ha, kemudian bapak tersebut berkata “percaya gak Jal, kebun saya ini setelah tanam tidak pernah dipupuk lagi selama 2 tahun?” saya jawab “gak mungkin pak…kelapa sawit kan tanaman paling rakus terhadap pupuk biaya untuk pemupukan saja mencapai 60% dari keseluruhan’ kemudian bapak itu menjawab.” Kau liat jal diantara kebun disini kebun siapa paling baik? Sambil melihat kebun-kebun disamping kebun bapak tersebut lalu saya menjawab “ya kebun bapak yang paling bagus pertumbuhan sawitnya.” Selanjutnya bapak tersebut panjang lebar menceritakan trik dan tips yang digunakan agar tidak memupuk sawit selama 2 tahun namun dalam hati saya kurang percaya karena secara agronomis tidak mungkin pertumbuhan kelapa sawit akan normal tanpa dipupuk selama 2 tahun.
Pada tahun 2007 saat saya membuka kebun di Kalimantan Timur dan mendapatkan penjelasan dari atasan tentang cara penghematan tenaga kerja dan pupuk yaitu tidak perlu lagi dilakukan pemupukan lanjutan setelah tanam selama 2 tahun dan penjelasan atasan saya ini hampir sama yang dijelaskan oleh asisten senior yang menanam kebun pribadi. Adapun cara atau teknis pekerjaan agar tidak memupuk lagi setelah 2 tahun sebagai berikut:
1.      Lubang tanam yang dibuat sebaiknya lebih lebar kira-kira 20 cm dari lebar polibag atau lebih lebar makin baik karena secara agronomis kelapa sawit mempunyai akar serabut sehingga pertumbuhan awal akar pasti menyamping dimana jaringan meristematiknya akan berkembang dengan lebih lebar lubang tanam maka jaringan meristematik lebih mudah menembus tanah karena lebih gembur atau tidak keras.
2.      Pupuk yang digunakan di lakukan dengan mengabungkan pupuk tunggal dan pupuk mejemuk biasa mengunakan pupuk posfat(Rp) 300-500 gram/lubang tanam ditambah pupuk majemuk yang bersifat slow release seperti pupuk agroblen sebanyak 300 gram perlubang. Secara agronomis pupuk yang bersifat slow release mampu bertahan didalam tanam selama 8 - 10 bulan dan pupuk posfat sangat baik untuk akar terutama jaringan meristematiknya, dengan campuran kedua pupuk tersebut sehingga dapat mencukupi kebutuhan dan ketersediaan unsur hara bagi kelapa sawit dalam waktu lama. Dengan cara ini maka akan menghemat 5-6 juta karena akan menghemat penggunaan pupuk dan tenaga manusia selama 2 tahun.
3.      Untuk mengisi lubang kelapa sawit dalam skala kecil dapat mengambil humus disekitar lubang kelapa sawit sehingga tanah subsoil tidak lagi digunakan namun jika dalam skala luas tanah topsoil diletakkan didasar lubag tanah dan subsoil diatasnya. Secara agronomis akar tanaman kelapa sawit ibarat ‘bayi’ memerlukan tanah yang gembur dan subur agar mudah menyerap unsur hara dan dapat berkembang dengan baik jika tanah subsoil akar akan kesulitan menembus tanah dan menyerap unsur hara.
4.      Diusahakan ditanam kacangan penutup tanah karena tanaman penutup tanah mampu memfiksasi N di udara kemudian di salurkan melalui jaringan floem menuju akar tanaman, menurut penelitian tanaman kacangan penutup tanah jika standar dapat memenuhi kebutuhan nitrogen sebanyak 300 N atau setara dengan 500 kg urea/tahun.
5.      Diusahakan tidak ada tanaman gulma terutama lalang karena lalang mengandung unsur racun alleopati yang dapat membuat tanaman kelapa sawit tidak normal.
6.      Diusahakan rotasi perawatan seperti garuk piringan, selektif manual dan penyemprotan berjalan dengan baik.
Cara diatas ini telah saya dan tim dikebun lakukan hampir 1500 ha di Kalimantan Timur dan hasilnya optimal baik ditinjau dari pertumbuhan vegetatif dan generatifnya.
Jika kita berdasarkan literatur buku tentang budidaya kelapa sawit mungkin ada beberapa penjelasan yang sangat berbeda terutama pada point 1 - 3.

Tekstur dan Kesuburan Tanah


Tekstur dan Kesuburan Tanah


             Tanah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan lebih subur daripada tanah gundul atau ada tumbuh-tumbuhannya, karena didalamnya terkandung lapisan bunga tanah yang tidak terkena erosi. Akan tetap,ibila hutan-hutan ditebang tanpa batas, apalagi di daerah yang miring, maka erosi oleh air maupun angin dapat dengan mudah terjadi di tanah bekas injakan-injakan binatang.
            
             Ciri-ciri tanah subur antara lain: tekstur dan struktur tananya baik, yaitu butir-butir tanahnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil; banyak mengandung garam yang berguna untuk makanan tumbuh-tumbuhan; dan banyak mengandung air untuk melarutkan garam-garaman.

             Tekstur tanah menunjukkan proporsi pelatif dari ukuran partikel-partikel tanah. Rentangan ukuran partikel yan terbesar dapat dijumpai dalam kelompok tamah lempung (clay) yang diameter partikel-partikelnya mempunyai ukuran 0,0002 mm hingga hamper sebesar molekul. Struktur tanah adalah susunan butir-butir suatu tanah. Pada umumnya, komposisi tanah terdiri dari 90% bahan mineral, 1-5% bahan organik, 0,9% udara dan air.
            
             Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain komposisi mineral dan batuan /  bahan induk, sifat, dan cepatnya proses pembentkan tanah lokal, serta umur relatif tanah.

             Hubungan antara tekstur dan kesuburan tanah tidak selalu ada meskipun tekstur tanah dapat menentukan atau bepengaruh dalam beberapa hal berikut.
· Pengerjaan tanah, misalnya tanah berpasir di daerah iklim basah biasanya cepat terurai. Selain itu, tanah tersebut berkapasitas rendah dalam menahan air, sehingga mudah mongering. Dengan menambah bahan-bahan organis, maka kesuburan tanah tersebut dapat ditingkatkan.
· Pengerjaan tanah berpasir di daerah beriklim kering (arid). Tanah di sini meskipun kadar bahan makanannya cukup tinggi, tetapi nilai kesuburannya rendah karena minimnya presipitasi, pencucian, dan rendahnya kapasitas menahan air.
· Pengerjaan tanah lempung. Dipandang dari sudut mudah tidaknya dikerjakan dan komposisi kimiawinya, tanah lempung mempnyai sifat yang bermacam-macam, diantaranya bersifat plastis dan sukar untuk diolah bila basah, serta keras jika kering. Namun, di daerah iklimtrpis basah tanah lempung memiliki permeabilitas walaupun rendah.

           Permeabilitas tanah adalah cepat lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah baik kearah horizontal maupun ke arah vertical. Cepat  /  lambatnya perembesan air ini sangat ditentukan oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah semakin cepat perembesan air.
          
           Ketebalan atau solum tanah menunjukkan berapa tebal tanah diukur dari permukaan sampai ke batuan induk. Erosi menyangkut banyaknya partikel-partikel tanah yang terpindahkan. Drainase adalah pengeringan air yang berlebihan pada tanah yang mencakup proses pengatusan dan pengaliran air yan berada dalam tanah atau permukaan tanah yang menggenang .

           Di daerah yang mempunyai solum tanah dalam, drainase yang baik, tekstur halus, kemiringan lereng 1-2% dapat diusahakan secara intensif tanpa bahaya erosi atau penurunan produktivitas. Daerah seperti ini mempunyai kemampuan besar dan bila diusahakan hambatan. Kemampuan daerah bersolum tanah dangkal, drainase buruk, tekstur tanah sangat halus atau sangat kasar, dan berlereng curam adalah terbatas dan bila lahan itu digunakan banyak hambatannya.
Dilihat dari segi kesuburannnya, tanah dibedakan atas tanah-tanah muda, dewasa, tua, dan sangat tua.













· Tanah Muda, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya belum banyak sehingga belum subur.
· Tanah Dewasa, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sangat banyak sehingga tanah ini sangat subur. Tanah iniah yang sangat baik untuk pertanian.
· Tanah Tua, berciri unsur  atau zat hara makanan yang terkandung di dalamnya sangat berkurang.
· Tanah Sangat Tua, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sudah sangat sedikit, bahkan hamper habis sehingga ada yang menyebutkan jenis tanah ini sebagai tanah yang mati. Tanah ini sagat tidak subur

           Tanah memerlukan unsur-unsur untuk berubah dan berkembang. Bahan makanan yang diperlukan tanah adalah: K, P, N, C, H, O, Na, Ca, S, Mg, Fe, Zn, B, Cu, dan Mn.

           Apabila salah satu unsur tersebut tidak ada, maka tanaman yang ada tidak sempurna atau tidak dapat tumbuh. Untuk mengisi kekurangan bahan makana tanaman di dalam tanah,dapat digunakan pupuk. Berdasarkan asal (sususnan) senyawanya ada dua macam pupuk.
· Pupuk Alam (pupuk organik), yaitu pupuk yang dihasilkan dari sisa-sisa tanaman , hewan, dan manusia seperti pupuk hijau, pupuk kandang, dan pupuk kompos. Pupuk ini dapat menyepar air hujan, memperbaiki daya mengikat air, mengurangi erosi, dan untuk perkembangan akar atau biji.
· Pupuk Buatan (pupuk anorganik), yaitu pupuk yang dibuat dalam pabrik, yang terbagi dua jenis, yaitu pupuk tunggal, misalnya pupuk fosfat (P), pupuk kalium (K), pupuk nitrogen (N) yang dikenal pupuk urea, ammonium sulfat, dan ammonium klorida, serta pupuk majemuk, yaitu pupuk NP, NK, PK, NPK, dan lain-lain. Keuntungan pupuk pabrik adalah praktis, ringan, mudah larut, dan cepat bereaksi. Agar berhasil baik dalam pemupukan perlu diperhatikan :potensi tanah, jenis pupuk, dosis pemupukan waktu, dan cara pemberian pupuk

Rabu, 22 Mei 2013

cara menanam cabe yang baik dan benar SMK-SPPN BANJARBARU

CARA BUDIDAYA KACANG TANAH YANG BAIK DAN BENAR

KACANG TANAH]
CARA BUDIDAYA KACANG TANAH YANG BAIK DAN BENARCARA BUDIDAYA KACANG TANAH YANG BAIK DAN BENAR
CARA BUDIDAYA KACANG TANAH YANG BAIK DAN BENAR
( Arachis hypogeae L.)
1. SEJARAH SINGKAT
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
2. JENIS TANAMAN
Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Klas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod & Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachis helodes Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quarae Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth. Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
a)
Daya hasil tinggi.
b)
Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.
c)
Hasilnya stabil.
d)
Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).
e)
Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:
a)
Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).
b)
Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).
c)
Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-varietas yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang “Waspada” karena memang berbeda varietas.
3. MANFAAT TANAMAN
Di bidang industri, digunakan sebagai bahan untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein (27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur.
4. SENTRA PENANAMAN
Di tingkat Internasional mula-mula kacang tanah terpusat di India, Cina, Nigeria, Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a)
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b)
Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32 oC. Bila suhunya di bawah 10 oC menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c)
Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman.
d)
Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
5.2. Media Tanam
a)
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur.
b)
Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0–6,5.
c)
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a)
Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b)
Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c)
Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d)
Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e)
Kadar air benih berkisar 9-12 %.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan benih kacang tanah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)
Benih dilakukan secara generatif (biji).
b)
Benih sebaiknya tersimpan dalam kaleng kering dan tertutup rapat.
c)
Benih yang baik tersimpan dalam keadaan kering yang konstan.
d)
Benih diperoleh dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.
e)
Perkiraan kebutuhan benih dapat mengikuti rumus sebagai berikut:
B = a x b x c kg
100 x p x q
B = bobot benih (kg)
a = Jumlah benih/lubang;
b = Bibit per-1000 biji (g)
c = Lokasi yang akan ditanam (hektar)
p = Jarak antar barisan (m)
q = Jarak dalam barisan (m)
6.2. Pengolahan Media Tanam
1)
Persiapan
Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah benih yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan dengan persyaratan tanaman kacang tanah.
2)
Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
3)
Pembentukan Bedengan
Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30–40 meter. Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan adalah 10 – 20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan bedengan antara 20–30 cm.
4)
Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam, perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran pada saat pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata. Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.
5)
Pemberian pupuk hayati MiG-6PLUS saat pratanam (3hari sebelum tanam).
Berikan pupuk hayati MiG-6PLUS pada permukaan lahan dengan cara di semprot/disiramkan secara merata, dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering, aplikasi MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari.
6)
Pemupukan
Pemupukan adalah untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Jenis dan dosis pupuk setiap hektar yang dianjurkan adalah Urea=60–90 kg ditambah TSP=60–90 kg ditambah KCl=50 kg. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam. Pupuk dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibuat kira-kira 3 cm.
6.3. Teknik Penanaman
1)
Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.
2)
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.
3)
Cara Penanaman
Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II). Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi rhizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian benih langsung ditanam paling lambat 6 jam.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1)
Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).
2)
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit tanaman. Juga agar tanaman yang ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma) pada umur 5-7 hari.
3)
Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di daerah barisan sehingga membentuk gundukan yang membentuk memanjang sepanjang barisan tanaman.
4)
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang tunggal.
5)
Pemberian pupuk MiG-6PLUS pada saat pemeliharaan pada usia 3 minggu dan 6 minggu setelah tanam, apabila menggunakan benih berumur menengah atau panjang (90-120hari), diperlukan tambahan pupuk MiG-6PLUS pada usia 9 minggu. Pemberian masing-masing 2 liter per hektar.
Pemberian larutan MiG-6PLUS di tanah disekitar perakaran.
6)
Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat menggganggu penyerbukan.
7)
Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan untuk mengusir ataupun memberantas hama tanaman hendaknya dilakukan pada sore atau malam hari. Obat yang digunakan maupun dosis sesuai dengan jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.
8)
Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, asalkan tidak memerlukan biaya yang berarti, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
a)
Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman terserang dicabut dan uret dimusnahkan.
b)
Ulat berwarna
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D. c) Ulat grapyak Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
c)
Ulat jengkal
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
d)
Sikada
Gejala: menghisap cairan daun. Pengendalian: (1) penanaman serempak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500 EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
e)
Kumbang daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.
7.2. Penyakit
a)
Penyakit layu
Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.
b)
Penyakit sapu setan
Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan).
c)
Penyakit bercak daun
Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau Dithane M 45, atau Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali.
d)
Penyakit mozaik
Pengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10 hari sekali sejak tanaman itu baru tumbuh.
e)
Penyakit gapong
Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya, kemudian baru diberi DD (Dichloropane Dichloropene 40-800 liter/ha per aplikasi.
f)
Penyakit Sclertium
Pengendalian: membakar tanaman yang terserang cendawan.
g)
Penyakit karat
Pengendalian: tanaman yang terserang dicabut dan dibakar serta semua vektor penularan harus dibasmi.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a)
Batang mulai mengeras.
b)
Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c)
Warna polong coklat kehitam-hitaman.
8.2. Cara Panen
Pencabutan tanaman, lalu memetik polong (buahnya) terus bersihkan dan dijemur matahari, memilih bila diperlukan untuk benih dan seterusnya dilakukan penyimpanan, untuk konsumsi bisa di pasarkan langsung atau bisa langsung dibuat berbagai jenis produk makanan.
8.3. Perkiraan Produksi
Jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas satu hektar produksi normal berkisar antara 1,5-2,5 ton polong kering.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Kumpulkan brangkasan tanaman kacang tanah ditempat strategis.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pilah-pilah polong yang tua dan polong yang muda untuk dipisahkan berdasarkan derajat ketuaannya, lalu seleksi polong yang rusak atau busuk untuk dibuang.
9.3. Penyimpanan
a)
Penyimpanan dalam bentuk polong kering, masukan polong kering kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat lalu disimpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering.
b)
Penyimpanan dalam bentuk biji kering.
c)
Kupas polong kacang tanah kering dengan tangan atau alat pengupas kacang tanah. Jemur (keringkan) biji kacang tanah hingga berkadar air 9% lalu masukan ke dalam wadah.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan bisa dilakukan untuk produk mentah/polong mentah dalam bungkus plastik per 10 kg. Dapat juga berupa kemasan kue atau bentuk makanan yang sudah dimasak seperti kacang rebus, kacang goreng dan berbagai jenis kue dari kacang tanah. Untuk pengangkutan pada prinsipnya yang pentuing kondisi komoditi tersebut tidak rusak atau tidak berubah dari kualitas yang sudah disiapkan.
10. STANDAR PRODUKSI
10.1.Ruang Lingkup
Standar produksi kacang tanam meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.
10.2.Diskripsi
Standar mutu kacang tanah di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3921-1995.
10.3.Klasifikasi dan Syarat Mutu
Kacang tanah digolongkan dalam 3 jenis mutu: mutu I, mutu II dan mutu III
a) Syarat umum
1. Bebas hama penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, apek dan bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.
b) Syarat khusus mutu kacang tanah biji (wose)
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=6; mutu II=7; mutu III=8.
2. Butir rusak maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=2.
3. Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=5; mutu III=10.
4. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=0; mutu II=2; mutu III=3.
5. Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu II=2; mutu III=4.
6. Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=0,5; mutu III=3.
7. Diameter : mutu I minimum 8 mm; mutu II minimum 7 mm; mutu III maksimum 6mm.
c) Syarat khusus mutu kacang tanah polong (gelondong)
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=8; mutu=9; mutu=9.
2. Kotoran maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3.
3. Polong keriput maksimum (%): mutu I=2; mutu II=3; mutu III=4.
4. Polong rusak maksimum (%): mutu I=0,5; mutu II=1; mutu III=2.
5. Polong biji satu maksimum (%): mutu I=3; mutu II=4; mutu III=5.
6. Rendemen minimum (%): mutu I=65; mutu II=62,5; mutu III=60.
Untuk mendapatkan hasil kacang tanah yang sesuai dengan syarat, maka harus dilakukan beberapa pengujian, yaitu:
a)
Penentuan adanya hama dan penyakit, bau dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera penglihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperoleh.
b)
Penentuan adanya butir rusak, butir warna lain, kotoran dan butir belah dilakukan dengan cara manual dengan pinset. Presentase butir warna lain, butir rusak, butir belah, butir keriput, dan kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat 100 %.
c)
Penentuan diameter dengan menggunakan alat pengukur dial caliper.
d)
Penentuan kadar air biji harus ditentukan dengan alat mouture tester electronic yang telah dikalibrasi atau dengan distilasi dengan toulen (AOAC 9254). Untuk mengukur kadar air, kacang tanah polong harus dikupas dahulu kulitnya, selanjutnya biji kacang tanahnya diukur kadar airnya.
e)
Penentuan suhu dengan alat termometer.
f)
Penentuan kadar aflatoksin.
10.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung, dengan maksimum 30 karung dari tiap partai barang. Kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal, cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa untuk kacang wose 100 gram dan kacang tanah gelondong 200 gram. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu, dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum dan mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang.
10.5.Pengemasan
Kacang tanah dikemas dalam karung goni atau dari bahan lain yang sesuai kuat dan bersih dan mulutnyadijahit, berat netton setiap karung maksimum 75 kg, dan tahan mengalami handing baik pada pemuatan maupun pembongkaran. Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dengan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.